Langsung ke konten utama

Awal Februari Menjemput Binar


Binar mataku tumbuh lagi

Riang gembiraku telah segar kembali

Setelah terkubur selama 1770 hari dalam pasir kotor itu

Perlahan aku menemukannya kembali

Hidup kembali seperti bayi suci


Rumahku yang asri dan hijau harum air ini

Tidak akan ada lagi yang berani menyentuh apalagi menginjak batas 

Semua sudah aku beri dinding jernih

Jika ia ingin masuk, tentu akan mengubahnya jadi membungkuk

Tidak akan ada benci, marah dan keluh lagi

Yang tersisah hanyalah kenangan dan tanda luka di lengan, pipi kanan dan segaris di betisku yang elok ini


Di hari yang suci ini, kau masih saja mengungkit dan mengusirku

Padahal, bukan kah ini adalah wilayahku?

Ini adalah masaku untuk pembalasan, tentunya yang lebih dahsyat

Kau terus saja seolah menjadi paling sakit

Penjelasanmu selalu memberi penyataan rasa bersalah, sayang tidak ada permintaan maaf 

Padahal aku ingin mendengarnya seujung kuku saja,

Yaa... aku lupa kau begitu angkuh, 

Hiduplah dalam keadaan tanpa kekurang di tanah gersang itu

Tanpa atap ataupun alas untuk kau rehat

Jangan ambil lagi wilayahku, pilihanmu tepat untuk seorang wanita gila, 'Gila terik matahari'

Jangan ambil lagi daun pisangku , kelapa-kelapa menawan di pinggir sungaiku dan bunga- bunga wangi cantik sepanjang istanaku.

Kau tak layak mecicipnya lagi dengan rampasan licikmu.


Hidupmu akan runyam meskipun kau berdalih nyaman

'Akan kupastikan kau akan terengah-engah merangkak memohon maafku'

Kala aku sedang menikmati sejuk  dan bercumbu dengan kekasihku

'Wilayahku tak layak dijamah oleh penghuni gersang'

Aku merdeka, kau membungkuklah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Megah: 2.31

  Pada harapan yang kian sulit digapai, aku selalu meminta agar selalu dilapangkan. Suatu saat, sangat percaya akan ranumnya ku petik dengan gembira. Tak apa, jika berkali-kali lutut terbentur dengan kerasnya meninggalkan kecewa Asal sisah waktu yang panjang terukir tentang merekahnya perjalanan indah Dengan sang kekasih, tanpa gundah dan kekhawatiran Bak megahnya Taj Mahal akupun ingin mengabadikan rekaman romansa dengan kekasihku jua Tak kala ia yang selalu kupantau membuatku meringkuk Dengan langkah yang tak berasap dan berdebu dijalan sepinya Walau dalam jiwa berkata 'ia tak layak' tapi pasti ada sesuatu atas pilu yang ia lempar di rumahku Suatu saat, akan tumpas dengan sejoli ini mengukir mewahnya cinta Jalanmu akan berkelok dan tentu akan dengki Tapi percayalah, aku akan menjadi lega dan tak peduli Di sisi lain, panutan megahnya jalan panjang Taj Mahal Akan selalu menjadi kebanggaan yang aduhai Tunggu aku, tunggu kami, untuk mengikuti jejak yang sangat megah di hidupmu Su

9:57

  Jadilah kamu berwawasan luas seluas lautan, teruslah belajar dan merasa ingin tahu banyak hal bukan karna untuk menjadi siapa-siapa, tapi ingat, jangan pernah sombong   apalagi sampai merendahkan orang lain, lautan saja bisa surut apalagi ilmu. Jangan pula kamu merasa puas karna akan terjebak pada zona nyaman yang akan membuat terlena akan banyak hal, tetaplah merendah, karna sejatinya ketika kita tahu banyak hal, kita bukan siapa-siapa di dunia ini.