Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Restu Yang Rindu

Tahan sedikit rindu, sayang kan ku hitung malam yang tersisa ku pastikan malam ini hinggap diangka satu selayaknya malam menutup mata hingga terbuka untuk siang tak akan lama, sayang ketidak nyamanan kita akan usai karena pinanganmu yang sempat melarikan diri sedang bersandar direstu dermaga menjemputmu tepat pukul senja esok.

Pesan apa yang ingin kau sampaikan ?

Teruntuk senja, Terimakasih telah mengisi petangku aku tak membencimu, sungguh. Hari ini aku mencoba berdamai denganmu, dengan caraku bersikap seolah pertama kali menjadi temanmu. Nyatanya, ada yang lebih antusias menantimu mengabadikanmu dengan puas hingga malam merenggut kedudukanmu. Sementara aku, hanya menunggu janjimu yang kian menua. Tapi tak apa, mulai hari ini perlahan akan ku hapus dari otakku. Kan kugantikan dengan damaimu menjadi kita seperti pertama bertemu, tak ada janji dan tak ada hutang yang perlu dibalas. Semua tuntas dan impas. Semoga kau senantiasa menghibur dia yang antusias menantimu.

Mengenang Asu oleh Joko Pinurbo

Pulang dari sekolah, saya main ke sungai. Saya torehkan kata asu dan tanda seru pada punggung batu besar dan hitam dengan pisau pemberian ayah. Itu sajak pertama saya. Saya menulisnya untuk menggenapkan pesan terakhir ayah: “Hidup ini memang asu, anakku. Kau harus sekeras dan sedingin batu.” Sekian tahun kemudian saya mengunjungi batu hitam besar itu dan saya bertemu dengan seekor anjing yang manis dan ramah. Saya terperangah, kata asu yang gagah itu sudah malih menjadi aku tanpa tanda seru. Tanda serunya mungkin diambil ayah. 2012 Joko Pinurbo

By Manis.id

Menjaga hati agar tetap bersih itu perjuangan. Menjaga pikiran agar tetap positif butuh pengorbanan. Menjaga jiwa agar tetap jernih butuh kesabaran. Pernahkah Anda alami, ketika hati begitu semangat untuk bersalaman lalu mengulurkan tangan penuh heroik tapi yang bersangkutan berpaling. Yang bersangkutan tidak meresponnya. Diam saja. Atau yang bersangkutan pura-pura tidak tahu. Atau yang bersangkutan betul-betul tidak tahu kalau kita berharap bisa salaman? Anda tetap husnidzan atau setengah hati? Atau malah sakit hati dan syu'udzan pada yang bersangkutan? Tetaplah berbaik sangka (husnudzan) karena husnudzan itu melegakan. Melapangkan dada. Tak menambah pikiran dan mengeruhkan jiwa. Cukupkan dengan keyakinan bahwa jika kita bermaksud baik Allah akan tambahkan kebaikan untuk kita.

Jiwamu Kalah

Bagaimana rasanya kehilangan berkali-kali? anda masih beruntung nona, orang yang kau cintai masih berada di salah satu sudut dunia bagaimana jika seperti dia? orang yang ia cintai hilang untuk selamanya sepotong jiwanya berada di alam baka bagaimana bisa menikmati hidup tanpa sepotong jiwa? saya rasa dunia baginya begitu hambar. Tapi ingatlah nona, separuh jiwanya pasti lebih setia dibandingkan ia yang berkeliaran di sudut kota itu.